Rabu, 15 September 2010

Old School Existence

Saturday, September 11st 2010

Heyya.

Gw disini, di kampung kecil emak gw, mencoba menghibur diri dengan membuat beberapa tulisan. Gw baru aja ngobrol-ngobrol dikit sama sepupu gw yang masih duduk dibangku SMP. Dia cerita tentang gimana di sekolahnya ada geng cheerleaders yg terdiri dari cewek-cewek super eksis dengan contact lens berwarna warni dan gadget macam BB yang akhir-akhir ini dijadikan indikator oleh beberapa anak muda sebagai tanda bahwa mereka eksis di dunia pergaulannya.

Trus gw cuma tersenyum dikulum.

Jadi inget jaman dulu. Kalo mau ditanya di sekolah manapun, pasti ada tuh yang namanya geng cheers yang isinya cewek-cewek yang dibilang gaul gitu deh.Hihi. Everyguy dreamt about being their boyfriend. Biasanya kalo yang gini, ada pasangan versi cowoknya. Cowok-cowok bermobil ceper yang tantang tenteng rokok dengan baju sok-sok berantakan.

Huaaahhhh...

Well, I miss that moment.

Gw sih waktu itu cuma seorang cewek nerd yang bisa memandangi mereka dari jauh. Nyirikin geng-geng cewek dan lebih kacaunya lagi, gw kebiasaan demen ama salah satu anggota gengg cowoknya dimana...nggak mungkin banget si cowok itu demen gw balik. Hihi.

As the time passes by, gw beranjak dewasa dan sibuk sama kegiatan gw sendiri. Gw sibuk sama semua mimpi-mimpi gw dan planning-planning jangka pendek maupun jangka panjang gw. Gw bertemu dengan banyak orang, suka sama banyak orang, dan itu nggak melulu karena mereka di cap gaul atau karena sekedar mereka bawa mobil sedan super ceper yang bahkan kalo ngelindes bakiak depan mesjid bisa nyangkut bempernya.

Sampe akhirnya gw ketemu si cewek cowok super eksis di jamannya itu lagi.

All I could say to them was just “Hi.”

Mereka berubah, jadi biasa biasa aja di mata gw. Mungkin gw juga berubah, jadi jauh lebih keren di mata mereka.*LOL* The most important thing was I just dont care who they are. Gw happy sama diri gw, gw happy sama idup gw, dan mungkin mereka happy juga sama idup mereka...ya udah.

Kita semua beranjak dewasa, menyadari bahwa masih banyak hal-hal yang jauh lebih penting daripada keeksisan di dunia pergaulan yang cenderung hedon itu. Kita semua belajar bahwa menjudge orang dari apa yang terlihat dari luar, apa yang bisa mereka beli dan apa yang mereka tidak miliki adalah kurang bijaksana.

So, being jealous with those cheerleader girls and trying to be like one of them was just one of our stupidity in our youth. Kalo diinget-inget lagi sih lucu, apalagi gw, denger cerita si ade sepupu gw ini. Cuma bisa senyum-senyum dikulum dan menggumam dalam hati, “Been there, done that.” Tau persis rasanya kayak apa dan tau persis akan kayak gimana nantinya.

Tapi boleh nggak sih gw jahat dikit dengan membangga-banggakan salah satu scene fave gw sama slh satu org-org eksis ini? Gw lagi jalan di pinggir jalan protokol di Jakarta dan ada seseorang menyapa gw. Gw bengong dan mencoba mengingat ingat namanya dia tapi lupa, gw cuma inget dia salah satu geng eksis jaman dulunya. Trus dia sebut namanya dan dia bilang, “Ih...jahat deh, lupa.” Trus gw senyum dan cuma bilang “Sorry. Jadi lo apa kabar sekarang?”

Well, what I actually wanted to say that time was: Sorry, I forgot you since you and your cheerleaders attribute weren’t important for me and my life, so how’s your life? Is it getting any better than my life?

Peace


Tidak ada komentar:

Posting Komentar