Selasa, 26 Oktober 2010

Jakarta dan bung Foke

Ini orang-orang pada ribut apa sih kemaren sore?

Macet? Banjir? Trus ujung-ujungnya Foke?

Capek deh gw dengerin orang sibuk nyalahin si Foke. Ya gw sih bukan pendukungnya si bapak yang satu itu (fyi, gw coblos Adang waktu itu karena gw percaya orang baru yang kelihatannya bersih dan fair itu lebih baik), tapi menurut gw, apa yang terjadi pada Jakarta akhir-akhir ini adalah akumulasi dari Jakarta yang kemarin-kemarin. Dan Foke kebagian apesnya aja lagi menjabat jadi orang nomor satunya Jakarta.

Sekarang coba deh, mau protes apa orang-orang? Banjir? Itu banjir kanal awal-awal dibuat, banyak orang menghujat. "Mau dibikin apa sih nih?" "Nggak jelas, kurang kerjaan, nyari penyakit." Ditambah lagi pembebasan tanah yang berbelit-belit. Pas setengah jadi, orang-orang ngedumel "Banjir kanal bikin air tambah menggenang." pas udah jadi kayak sekarang mulai dikumuhin. Buang sampah maen asal cemplung aja. Trus apa selanjutnya? Mau bikin rumah lagi di pinggiran situ biar nasib banjir kanal kayak kali ciliwung?

Liat juga tuh cliliwung. Katanya nggak mau banjir, masihhhhh aja anggep tu kali jadi tempat sampah. Masihhhhhh aja bermukim disana, kalo diusir marah-marah dan menyalahkan pemerintah. Kalo nggak punya rumah yang tetap ngapain dateng ke Jakarta bung? Mau kerja dimana, di pinggiran jalan menengadahkan tangan minta dikasihani?

Itu satu.

Dua, macet. Ok, untuk kali ini gw merasa pantas menyalahkan mereka-mereka itu. Heyyyy...apa pajak yang dipotong dari gaji gw tiap bulan kurang buat bangun fasilitas publik yang nyaman? Gw nggak minta yang muluk-muluk. Gw cuma minta itu sistem transportasi diubah jadi sistem gaji kayak busway. Kenapa? Coba pikir, berikut ini efeknya udah kayak lingkeran setan. Salah satu penyebab kemacetan Jakarta adalah angkutan-angkutan umum yang berhenti sembarangan mencari penumpang. Gw nggak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka karena tindakan mereka yang seperti itu beralasan. Mereka butuh uang buat diri mereka sendiri, dan buat setoran harian. Maka dari itu, coba ubah sistemnya. Cukup sudah tender-tender trayek angkutan umum selama ini. Jarak dekat, angkutan banyak, penumpang nggak ada, yang ada angkutan-angkutan umum itu main berhenti di tengah jalan dengan alasan menunggu penumpang yang sedang berjalan lenggang kangkung. Gaji supir-supir angkutan umum itu setelah didata dengan rapih pastinya. Buat halte-halte yang pasti dan convenient. Ingat, sistem gaji ini yang paling penting karena halte-halte itu bakal percuma dibangun kalo sistemnya masih setoran harian, angkutan-angkutan itu akan tetap berhenti sembarangan. Kita memang tetap perlu polisi tapi mereka kemungkinan tidak perlu bekerja seekstra keras seperti apa yang mereka lakukan sekarang kan.

Selain itu, buat trotoar-trotoar dan jalan apapun itu yang diperuntukkan untuk pejalan kaki, nyaman. Peduli setan sama berapa banyak uang yang di berikan kontraktor-kontraktor itu sebagai nilai toleransi karena mereka sudah merusak trotoar di depan proyek mereka, coba bersikap lebih tegas. Memang harga diri lo cuma sebesar ratusan juta yang mereka berikan buat tutup mulut lo? Cuman segitu? Setelah semua pengorbanan yg lo lakuin buat dapet gelar sarjana? Enggak kan. Kalo enggak ya udah, buat peraturan yang tegas dan mengikat, dan terapkan.

Pernah dong ke UI di Depok sana? Bis Kuning itu berenti cuma di halte-halte yang ada aja. Tertib. Pernah dong ke Singapur? Liat nggak trotoarnya yang nggak pernah putus? Jadi kalo soal macet ini menurut gw penyebab utamanya adalah ketidaklayakan transportasi publik. Karena transportasi publik nggak nyaman, orang-orang memutuskan untuk membeli kendaraan bermotor sendiri. Jalanan semakin jelek dan segitu-gitu aja, kendaraan semakin banyak, angkutan umum semakin brutal, hujan tidak menentu disertai banjir. Jadilah Jakarta kayak kemaren. Chaos.

Tapi gw bingung, orang-orang pada nggak capek apa ya nyalahin orang lain. Serius, gw nggak bermaksud membela bapak Foke yang satu itu, tapi coba deh mikir ke diri sendiri dulu. Have I already did the right thing ?Kalo kata Aa Gym, dimulai dari diri sendiri. Contoh, pernah liat ada sampah keluar dari mobil bagus meni mengkilat cling? Kadang-kadang suka bingung, kirain yang punya mobil-mobil bagus gitu kan biasanya orang-orang yang well educated yang udah tau kalo JALANAN ITU BUKAN TEMPAT SAMPAH. Tapi mereka terus menerus protes akan banjir dan macet. Heyyyyy??? Kamu sendiri kan salah satu penyebab hal yang sibuk kamu protes dan keluhkan ituuuu.


Udah, udah.


Kalo kata gw, ada baiknya mule sekarang kita melakukan sesuatu. Apa? Ya itu tadi, bertingkah selayaknya orang-orang well educated. Buang sampah pada tempatnya, tertib lalu lintas dan lain-lain. Nggak bermaksud menyebutkan mengurangi menggunakan kendaraan pribadi ya, cuma kalo bisa ya kenapa enggak. Tapi gw tau, itu agak susah. Tinggal tunggu aja bapak-bapak yang pinter nata kota dan in charge dalam menata Jakarta ini bisa nggak menyelesaikan masalah yang sangat penting ini, jauh lebih penting daripada komentarin kasus Luna Maya sama Ariel *lagi-lagi*.

But again, stop complaining and start to do something.

Cheers